Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu Ramadhan di tahun ini. Senangnya! Akan tetapi, ada juga yang sudah tidak bisa bertemu Ramadhan. :(
Berbicara soal Ramadhan di Bengkulu, saya sangat senang sekali melewatinya saat masih kanak-kanak dulu. Tarawih di surau yang letaknya cukup jauh dari kompleks perumahan kami, namun kami beramai-ramai ke sana. Ya, saat itu jalan ke surau masih sepi. Bahkan ketika saya masih punya orangtua yang lengkap. Setiap menjelang pukul lima sore jika Mak nggak sempat masak takjil, bapak mengajak saya dan adik saya membeli takjil ke simpang kandis. Menu yang sangat saya suka yakni cendol dan kue.
Pasar Simpang Kandis. |
Kini, semua sudah berbeda setelah bapak meninggal. Ramadhan tanpa bapak terasa ada sesuatu yang kurang. Meskipun kini saya bukan kanak-kanak lagi, tapi rasa sepi itu tetap terasa. Pulang Bengkulu saat Ramadhan rasanya ada kehampaan yang saya rasa. Ngiri rasanya melihat mereka yang masih bisa merasakan moment Ramadhan bersama keluarga yang lengkap, ada orangtuq, saudara dan suami tercinta. Harapan saya, yang masih lengkap orangtuanya, sempakanlah untuk bisa membahagiakan mereka, sempatkan melewati Ramadhan bersama keluarga meskipun sesibuk apapun di luar sana. Sebab, kita tidak akan pernah tahu kapan masa seperti itu akan berakhir.
Tulisan ini menjawab tantangan #NulisSerempak #RamadhandiBengkulu.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)