Apa kabar sobat semuanya? Cerita saya masih seputaran Bengkulu, yakni mengenai moment lebaran di kampung nenek saya, Bengkulu Selatan. Meskipun lebaran sudah lewat, tapi mengulas keseruan demi keseruan yang pernah saya alami di sana nggak bakal habis-habisnya. Apalagi kalau lebaran, sanak-saudara pada ngumpul, baik yang dekat maupun yang jauh.
Bagi saya, hal yang sangat ditunggu saat lebaran ketika pulang kampung halaman yaitu ketika semua keluarga ngumpul, saling bertukar cerita, dan bergotong royong dalam hal masak memasak untuk menyambut lebaran.
Kalau di kampung, ada beberapa jenis makanan yang selalu tersedia ketika lebaran, kalau tidak ada makanan ini rasanya lebaran kurang lengkap, ibarat sayur tanpa garam. Sobat yang berasal dari Bengkulu Selatan, pasti sudah pada tahu jenis makanan apa yang saya sebutkan tadi. Dan, yang belum tahu, baca terus ya ulasan saya :).
Makanan khas yang terbuat dari tepung ketan ini selalu ada di setiap moment Idul Fitri, kalau orang-orang di luar Bengkulu biasa menyebutnya dengan Dodol, namun kalau di Bengkulu kami biasa menyebutnya dengan Gelamai. Saat pulang lebaran, gelamai jadi incaran saya, sebab makanan ini termasuk langka. Mengapa saya katakan langka? Karena gelamai akan dibuat/ dimasak saat Idul Fitri saja. Sebenarnya bahan yang diperlukan tidak banyak, dan cara membuatnya pun tidak sulit. Akan tetapi, gelamai dibuat hanya di lebaran Idul Fitri saja karena proses pembuatannya yang memakan waktu sampai berjam-jam, yakni delapan jam/ sampai adonan gelamai tidak lengket lagi pada wadah daun atau plastik. Bagaimana nggak klenger tuh tangan! Sehingga, setiap keluarga pun sepakat, jika proses menumbuk tepung bagian ibu-ibu/ anak gadis, sedangkan mengaduk gelamai hingga masak merupakan bagian kaum bapak-bapak/ anak bujang. Kompak, bukan? Kalau gelamai biasanya dibuat menjelang 2-3 hari lagi lebaran.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hasil jepretan ipar sepupu saat proses membuat gelamai, mulai dari penumbukan tepung ketan hingga mengaduk sampai masak:
Makanan yang satu ini juga selalu ada pada moment Idul Fitri, dan dimasak satu hari sebelum lebaran. Akan tetapi, sekarang bukan di hari Idul Fitri saja bisa ditemukan, di hari-hari biasa juga ada. Sebab, para penjual lemang kini telah ada dimana-mana, salah satu lokasi dimana sepanjang jalan kita akan menemukan penjaja lemang yakni jalan menuju ke Lapangan Golf kalau dari kelurahan Kandang. Lupa nama jalannya :D.
Kalau makanan yang satu ini, semua orang pasti kenal. Tapai bisa dibuat dengan beras ketan ataupun singkong. Bahan yang diperlukan hanya singkong/ ketan dan juga ragi. Hanya saja, setelah diragi harus disimpan dulu ke dalam wadah yang tertutup rapat selama tiga malam. Baru deh tapainya jadi dan siap disantap.
Semua makanan yang sudah saya sebutkan rasanya enak-enak, apalagi kalau ditemani secangkir kopi hangat Villco coffee iko nah kopi enak Bengkulu.
Lebaran bagi saya merupakan ajang mempererat tali silaturahmi antar sesama keluarga, baik keluarga yang jauh maupun yang dekat.
Oh iya, sewaktu saya dan suami pulang ke Bengkulu, kami menyempatkan diri jalan-jalan ke Pantai Simpang Tiga Manna. Pantainya, cantik banget. Di sepanjang pantai hanya ada gundukan batu-batuan kecil, yang biasa dibuat orang untuk hiasan halaman rumah.
Baca Juga: Ini Loh Komunitasnya Orang Bengkulu
Saya yakin, di tempat sobat pasti juga punya moment terindah saat lebaran. Sobat bisa berbagi cerita pada kolom komentar :D. Demikian keseruan lebaran versi saya, kalau kamu?
Bagi saya, hal yang sangat ditunggu saat lebaran ketika pulang kampung halaman yaitu ketika semua keluarga ngumpul, saling bertukar cerita, dan bergotong royong dalam hal masak memasak untuk menyambut lebaran.
Image: Dok. Pribadi |
- Gelamai.
Makanan khas yang terbuat dari tepung ketan ini selalu ada di setiap moment Idul Fitri, kalau orang-orang di luar Bengkulu biasa menyebutnya dengan Dodol, namun kalau di Bengkulu kami biasa menyebutnya dengan Gelamai. Saat pulang lebaran, gelamai jadi incaran saya, sebab makanan ini termasuk langka. Mengapa saya katakan langka? Karena gelamai akan dibuat/ dimasak saat Idul Fitri saja. Sebenarnya bahan yang diperlukan tidak banyak, dan cara membuatnya pun tidak sulit. Akan tetapi, gelamai dibuat hanya di lebaran Idul Fitri saja karena proses pembuatannya yang memakan waktu sampai berjam-jam, yakni delapan jam/ sampai adonan gelamai tidak lengket lagi pada wadah daun atau plastik. Bagaimana nggak klenger tuh tangan! Sehingga, setiap keluarga pun sepakat, jika proses menumbuk tepung bagian ibu-ibu/ anak gadis, sedangkan mengaduk gelamai hingga masak merupakan bagian kaum bapak-bapak/ anak bujang. Kompak, bukan? Kalau gelamai biasanya dibuat menjelang 2-3 hari lagi lebaran.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hasil jepretan ipar sepupu saat proses membuat gelamai, mulai dari penumbukan tepung ketan hingga mengaduk sampai masak:
Image: Dok. Ipar saya |
- Lemang.
Kalau lemang, proses memasaknya tidak selama memasak gelamai. Bahan yang diperlukan juga tidak banyak, yakni beras ketan, santan kelapa, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu bambu untuk menjadi wadah memanggang pada tungku api. Ketan dan santan dimasukkan ke dalam bambu yang telah dibersihkan dan dilapisi daun pisang bagian dalamnya.
- Tapai atau Tape.
Semua makanan yang sudah saya sebutkan rasanya enak-enak, apalagi kalau ditemani secangkir kopi hangat Villco coffee iko nah kopi enak Bengkulu.
Lebaran bagi saya merupakan ajang mempererat tali silaturahmi antar sesama keluarga, baik keluarga yang jauh maupun yang dekat.
Oh iya, sewaktu saya dan suami pulang ke Bengkulu, kami menyempatkan diri jalan-jalan ke Pantai Simpang Tiga Manna. Pantainya, cantik banget. Di sepanjang pantai hanya ada gundukan batu-batuan kecil, yang biasa dibuat orang untuk hiasan halaman rumah.
Image: Dok. Pribadi |
Saya yakin, di tempat sobat pasti juga punya moment terindah saat lebaran. Sobat bisa berbagi cerita pada kolom komentar :D. Demikian keseruan lebaran versi saya, kalau kamu?
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan #nulisserempak yang diadakan oleh bloggerbengkulu dengan tema #LebarandiBengkulu.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)