Tips Cegah Penularan TBC
Dok. Kemenkes RI
"Duh ini orang kok nggak tutup mulut sih mau batuk!" gumam saya saat seorang pasien puskesmas batuk tanpa menutup mulut yang berdiri tepat di belakang saya.
Saat saya menoleh ke belakang, saya pun dengan spontan bilang dengan tersenyum, berharap yang ditegur tidak tersinggung "Mbak, kalau batuk tolong ditutup dong!"
Eh yang ditegur malah sinis lihat saya. Ya sudahlah!
Apa ada teman-teman yang pernah alami hal serupa? Dimana ada yang batuk tapi nggak menutup mulutnya? Duh, semoga kita bukan menjadi salah satunya ya☺, coba deh kita bayangkan apa yang orang-orang di sekitar kita rasakan jika kita batuk sembarangan tanpa tutup mulut! Dan bayangkan juga, bagaimana perasaan kita jika ada yang batuk tanpa menutup mulut, eh ke arah kita pula😕.
Teman-teman tahu nggak, jika batuk terus menerus tanpa diobati bisa menjadi TBC.
Tentang TBC.
Alhamdulillah tanggal 19 Maret 2018 saya berkesempatan untuk bisa menghadiri acara Workshop Blogger “Peduli TBC,Indonesia sehat" dalam rangka peringatan Hari Tuberkulosis (TBC) sedunia tahun 2018 yang bertempat di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Prof Dr Suyudi Kemenkes RI Kuningan.
Sebagian teman-teman mungkin sudah ada yang tahu jika TBC itu singkatan dari Tuberkulosis. Buat yang belum tahu, baca terus ya ulasan berikut☺.
Tuberkulosis ini disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), dimana sebagian besar kuman TBC menyerang paru, akan tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya seperti misalnya tulang, kelenjar, kulit, dan lain-lain.
Dalam kesempatannya, dr. Pandu Riono menghimbau untuk memperhatikan etiket batuk sebagai pencegahan penularan #TBC. Seperti menutup mulut ketika sedang batuk.
Dok. Kemenkes RI |
Gejala utama dari TBC adalah batuk, akan tetapi selain batuk ada beberapa gejala lainnya, yakni:
- Demam Meriang (demam yang tidak terlalu tinggi).
- Batuk Berdahak (dapat bercampur darah).
- Nyeri Dada.
- Berkeringat tanpa Sebab (terutama pada sore-malam hari).
- Nafsu Makan Menurun.
- Berat Badan Menurun.
Apabila batuk terus menerus dan ditambah adanya dengan adanya gejala lain tersebut, maka segera periksa TBC ke Puskesmas terdekat.
Oiya teman-teman, sekadar info yang saya peroleh saat mengikuti acara workshop tersebut, jika saat batuk ataupun bersin hendaknya kita menjaga etiket batuk. Yang mana etiket batuk diantaranya:
- Gunakan masker.
- Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan.
- Tutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan.
- Segera buang tisu yang sudah dipakai.
- Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Kenapa? Karena bakteri (kuman) TB ini ditularkan melalui udara, apalagi jika orang tersebut seorang pasien TB aktif.
Kenapa kita harus menjaga etiket saat batuk? Karena bakteri (kuman) TB ditularkan melalui udara, apalagi seorang tersebut merupakan pasien TB aktif. Duh😥.
Perlu diketahui, bahwa kontak TB ada 3, yakni:
1. Saat bicara: 0-210 partikel.
2. Saat batuk: 0-3500 partikel.
3. Saat bersin: 4500-1 juta partikel.
Selain itu, bakteri TB dapat bertahan di tempat tertutup yang gelap dan lembab, dan juga kuman bisa bertahan beberapa jam hingga bulan.
Faktor Risiko Memudahkan Penularan TBC
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mudahnya penularan TBC, yakni:
- Jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
- Tinggal di daerah padat penduduk.a
- Daya tahan tubuh rendah seperti HIV/AIDS, usia lanjut, anak dan pada orang dengan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TBC menjadi sakit TBC.
- Kontak erat dengan pasien TBC.
- Orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berisiko menimbulkan paparan infeksi paru.
- Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TBC akan menjadi sakit TBC.
Nah, dikarenakan faktor-faktor inilah seharusnya kita dapat menjaga etiket batuk. Jangan sampai menyebar ke keluarga kita bahkan orang lain.
"Duh, ngeri ya TBC!"😰
Untuk itulah, jika kita mengalami salah satu gejala yang telah saya sebutkan sebelumnya, ada baiknya segera periksakan ke dokter, sebab faktanya TBC bisa disembuhkan asal sesegera mungkin diobati.
Seperti yang dialami oleh Pak Edi Junaidi, salah satu mantan penderita TBC. Ia menceritakan kisah betapa 'sedihnya' saat ia dikucilkan oleh masyarakat bahkan sampai keluarga sendiri.
Akan tetapi, berkat tekadnya untuk bisa sembuh akhirnya beliau berobat hingga sembuh. Bahkan mendapat sertifikat atas kesembuhannya itu.👍 Nah, dari pengalaman Pak Edi Junaidi memberikan pelajaran berharga buat saya, bahwa sakit apapun itu haruslah segera diobati sebelum menjadi parah. Kalau teman-teman punya cerita apa nih tentang TBC? Yuk berbagi pengalaman dan tips buat memotivasi orang banyak dalam menghentikan penyebaran Tuberkulosis☺.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa cek kontaknya ya:
Untuk informasi lebih lanjut, bisa cek kontaknya ya:
Website: www.tbindonesia.or.id
Twitter: TBIndonesia
Facebook: TBIndonesia
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)