Beda suku, beda agama, beda ras, beda bahasa, beda warna kulit akan tetapi dalam satu jiwa Indonesia dan semangat Pancasila.
Seperti yang kita ketahui bahkan sejak duduk di bangku sekolah pun diajarkan mengenai Pancasila, baik isi maupun makna dari pancasila itu sendiri.
Pancasila menurut saya adalah sebuah landasan dasar negara Indonesia yang harus dipegang teguh oleh siapapun, dimanapun, entah beda suku, agama, ras, warna kulit, dan lain sebagainya. Sebab, yang membuat kita satu adalah keberagaman yang menjunjung tinggi nilai persatuan.
Sekilas Tentang Pancasila
Nama Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta, yakni dengan makna Panca (lima) dan Sila (batu sendi atau dasar). Sehingga dapat diartikan ada lima hal yang mendasari berdirinya suatu negara. Yakni:
- Ketuhanan yang Maha Esa.
- Kemanusiaan yang adil dan beradab.
- Persatuan Indonesia.
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan.
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang dapat diartikan sebagai lima dasar terbentuknya negara. Istilah Pancasila ini termuat dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki sejarah yang tak lepas dari proses kemerdekaan Indonesia.
Dasar negara tentunya sangat penting bagi suatu bangsa, sebab tanpa dasar negara, negara akan goyah, tidak mempunyai tujuan yang jelas, dan tidak tahu apa yang ingin dicapai setelah negara tersebut didirikan.
Next For Your Information! Perlu diketahui, bahwa kedudukan Pancasila ialah sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana hal tersebut dengan sangat jelas ditegaskan dalam Tap MPR No XVIII / MPR / 1998 tentang Pencabutan Tap MPR RI No. II / MPR / 1978 yakni tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa).
Dan untuk mengenang sejarah pancasila, maka tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.
Di jaman now, ada beragam cara untuk merayakan hari lahirnya Pancasila, salah satunya adalah seni, entah itu seni lukis, hingga perfilman. Meskipun dengan beragam cara yang dilakukan, namun pada intinya masih dengan tujuan yang sama, yakni mengenang perjuangan berdirinya dasar negara (blue print).
Bicara soal perfilman, tepat tanggal 1 Juni 2018 lalu Shopback mengadakan nonton bareng di Djakarta Theather XXI bersama komunitas-komunitas blogger dengan film berjudul LIMA.
LIMA? Lima jam kah, Lima kilometer kah, atau lima langkah dari rumah *udah kaya lagu aja. Mungkin teman-teman ada yang menafsirkan seperti itu? For Your Information!
Film LIMA yang diproduseri oleh Lola Amaria ini mengangkat cerita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dikemas dengan apik. Tontonan yang mengedukasi ini pun dapat ditonton oleh anak mulai usia 17 tahun ke atas.
Hal ini tergambar pada saat adegan Ibu Maryam di rumah sakit. Hari itu Ibu Maryam dibolehkan pulang, namun sebelum pulang seorang Pendeta masuk dan ingin mendoakannya. Semua memanjatkan doa dengan kepercayaan dan ajaran agama masing-masing, yang mana Ibu Maryam membuka kedua tangan sesuai ajaran Islam, sedangkan pendeta sebagai Kristiani menyatukan kedua tangannya sesuai ajaran agamanya. Inilah bentuk toleransi yang membuat bangsa harmonis. Peristiwa lainnya juga tergambar ketika di pemakaman.
Kejadian yang dialami oleh Adi (adik Fara), menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri suatu kejadian yang tidak adil di sekolahnya. Adi berniat ingin menegakkan keadilan, akan tetapi dia harus berurusan dengan Dega (teman sekolah yang kerap melakukan persekusi pada setiap siswa sekolah).
Tergambar pada eratnya suatu hubungan antara pelatih (Fara) dengan kedua peserta didiknya (Kevin dan Andre) yang berbeda suku, warna kulit dan ras. Pun juga tergambar dari kehidupan Ibu Maryam dari keluarga terpandang dengan Bi Ijah (pembantu yang berasal dari keluarga miskin), namun rukun, harmonis dan kekeluargaan.
Tergambar pada kejadian saat notaris Ibu Maryam mendatangi ketiga anak Ibu Maryam. Sempat bersitegang soal warisan, namun akhirnya berdamai dengan cara musyawarah.
Tergambar pada kejadian Fara yang dihadapkan pada pemilik klub yang "pilih-pilih" serta memasukan unsur ras tertentu agar bisa mengirim atlit terbaik ke Pelatnas, namun Fara tetap ingin berlaku adil karena bagi Fara untuk ikut Asian Games bukan dipilih karena Pribumi dan non Pribumi, namun berasal dari prestasi dan atlit yang benar-benar profesional. Pun tergambar dari peristiwa yang menimpa kedua anak Bi Ijah.
Film LIMA menggambarkan lima hal mendasar yang terdapat pada pancasila, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan. Yang menjadi inti dari Film LIMA ialah sebuah fondasi keluarga yang ditanamkan sejak dulu kala.
Satu kata sebagai penutup "Tegakkanlah Toleransi, Hidupkanlah NKRI. Sepenuh hati". Aku mencintai Negeriku, Aku mencintai Pancasilaku.
Sumber:
* Pribadi.
* Wikipedia
* Film LIMA
Hubungan Antara Pancasila dan Film LIMA
Buat saya film LIMA recommended banget ditonton semua masyarakat luas, selain mengedukasi juga kita dapat mengambil ibrah di dalamnya. Berikut beberapa kejadian yang tergambar:
- 1. Keberagaman dalam Keberagamaan (Ketuhanan yang Maha Esa).
Hal ini tergambar pada saat adegan Ibu Maryam di rumah sakit. Hari itu Ibu Maryam dibolehkan pulang, namun sebelum pulang seorang Pendeta masuk dan ingin mendoakannya. Semua memanjatkan doa dengan kepercayaan dan ajaran agama masing-masing, yang mana Ibu Maryam membuka kedua tangan sesuai ajaran Islam, sedangkan pendeta sebagai Kristiani menyatukan kedua tangannya sesuai ajaran agamanya. Inilah bentuk toleransi yang membuat bangsa harmonis. Peristiwa lainnya juga tergambar ketika di pemakaman.
- 2. Keberagaman yang Adil dan Beradab (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab).
Kejadian yang dialami oleh Adi (adik Fara), menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri suatu kejadian yang tidak adil di sekolahnya. Adi berniat ingin menegakkan keadilan, akan tetapi dia harus berurusan dengan Dega (teman sekolah yang kerap melakukan persekusi pada setiap siswa sekolah).
- 3. Keberagaman yang menyatukan. (Persatuan Indonesia).
Tergambar pada eratnya suatu hubungan antara pelatih (Fara) dengan kedua peserta didiknya (Kevin dan Andre) yang berbeda suku, warna kulit dan ras. Pun juga tergambar dari kehidupan Ibu Maryam dari keluarga terpandang dengan Bi Ijah (pembantu yang berasal dari keluarga miskin), namun rukun, harmonis dan kekeluargaan.
- 4. Keberagaman dalam musyawarah (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan).
Tergambar pada kejadian saat notaris Ibu Maryam mendatangi ketiga anak Ibu Maryam. Sempat bersitegang soal warisan, namun akhirnya berdamai dengan cara musyawarah.
- 5. Keberagaman yang adil (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).
Tergambar pada kejadian Fara yang dihadapkan pada pemilik klub yang "pilih-pilih" serta memasukan unsur ras tertentu agar bisa mengirim atlit terbaik ke Pelatnas, namun Fara tetap ingin berlaku adil karena bagi Fara untuk ikut Asian Games bukan dipilih karena Pribumi dan non Pribumi, namun berasal dari prestasi dan atlit yang benar-benar profesional. Pun tergambar dari peristiwa yang menimpa kedua anak Bi Ijah. Film LIMA menggambarkan lima hal mendasar yang terdapat pada pancasila, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan. Yang menjadi inti dari Film LIMA ialah sebuah fondasi keluarga yang ditanamkan sejak dulu kala.
Beberapa Hal yang Dapat Diterapkan Dalam Keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, pendidikan pertama kali yang diperoleh seorang anak berawal dari keluarga. Peran dari keluarga dalam pembentukan kepribadian seorang anak menurut fungsi keluarga yang dirumuskan BKKBN, diantaranya:- Sebagai Pondasi Pendidikan Agama.
- Sebagai Pondasi Pendidikan Sosial Budaya.
- Sebagai Tempat Menumbuhkan Kasih Sayang.
- Sebagai Agen Sosialisasi Pendidikan.
- Sebagai Motivator Utama Bagi Seorang Anak.
Satu kata sebagai penutup "Tegakkanlah Toleransi, Hidupkanlah NKRI. Sepenuh hati". Aku mencintai Negeriku, Aku mencintai Pancasilaku.
Sumber:
* Pribadi.
* Wikipedia
* Film LIMA
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)