Belajar mengasuh anak melalui buku? Anak zaman now yang katanya era digitalisasi? Emang bisa?
Mungkin diantara teman-teman, bunda, bahkan ayah ada yang menanyakan hal itu? Yups, perlu diketahui ya, jika belajar itu bisa dimana saja, kapan saja dan keada siapa saja, termasuk belajar melalui buku.
Beberapa minggu lalu, 16 Agustus 2018 saya bersama teman-teman blogger menghadiri undangan Launching Buku Mbak Mona Ratuliu yang berjudul "Digital Parenthink" yang belamat di Lippo Mall Kemang Jakarta Selatan.
Ngomong-ngomong soal era digitalisasi, tak dapat dipungkiri telah menjangkiti hingga ke anak-anak, terutama dalam penggunaan gadget yang kehadirannya sudah seperti kebutuhan pokok bagi setiap orang.
Terutama saya, yang hampir nggak bisa jauh dari gadget, ibarat seperti seseorang yang tiba-tiba jauh dari orang yang tersayang, jadi kebayang-bayang hingga nggak nyenyak bobok tidur 😂.
Kebutuhan akan gadget sudah seperti makanan pokok, apalagi jika kebutuhan akan smartphone tersebut dialami oleh anak-anak. Pernah suatu ketika saya pergi ke suatu tempat, di dalam perjalanan tersebut di sebelah saya ada seorang ibu bersama anaknya yang sedang asyik bermain gadget, tentunya bermain games. Namun, saat si ibu meminjam sebentar untuk menelpon, tiba-tiba si anak menangis dengan sangat kerasnya. Membuat si ibu tadi kebingungan sehingga akhirnya mengalah dan memberikan gadget tadi pada si anak.
Menurut teman-teman, apakah baik hal seperti itu? Tentu saja memberikan gadget ada baik dan buruknya terhadap anak tersebut, tergantung pada si orangtua apakah bisa mengarahkan anak dengan sebaik mungkin. Lalu, apa hubungannya dengan buku Digital Parenthink? Tentu saja ada. For Your Information!
Pict. Heripal Danindra |
Tentang Launchingnya Buku Digital Parenthink.
Buku Digital Parenthink ini diluncurkan bermula dari kebingungan Mona Ratuliu dalam menghadapi perkembangan ketiga anaknya, yakni: Davina Shava F, Barata Rahadian N, dan yang si bungsu bernama Syanala Kania S, yang sempat kewalahan terhadap perkembangan teknologi.
“Saya termasuk yang agak kewalahan mengejar perkembangan teknologi. Sebagai manusia yang pernah hidup di era sahabat pena, koleksi prangko, koleksi kaset, telepon umum, wartel, mesin ketik, dan hal ‘vintage’ lainnya, sungguh kadang saya merasa bingung dengan zaman ini,” aku figure publik kelahiran 1982 ini.
Sebenarnya, kebingungan Mona Ratuliu beralasan, dimana ia bimbang antara membolehkan anak-anaknya bersentuhan dengan gadget atau tidak. Apalagi perkembangan teknologi sekarang yang makin canggih membuat anak-anak dengan mudah mengakses berbagai macam informasi yang bahkan mungkin belum layak untuk dilihat oleh anak-anak, yang tentunya butuh pendampingan lebih dari orangtua.
Balik ke kisah Mona Ratuliu yang menceritakan tentang perubahan yang terjadi pada kedua anak, yang mana anak pertama, Davina (dipanggil Mima), mulai mengenal gadget pada usia sekolah, kelas 4 SD, sedangkan Barata (atau sering dipanggil Raka) mulai mengenal gadget sejak usianya 5 tahun.
Mona menceritakan jika Mima mulai tidak suka berkegiatan selain aktivitasnya mengutak-atik smartphone, dan begitu juga dengan Raka yang semakin hari kian akrab dengan tablet pintarnya, membuatnya enggan beraktivitas ke luar ruangan.
"Kalau kami anggap dia sudah terlalu banyak bermain dan memintanya berhenti, dia akan cenderung marah,” papar pemeran Poppy dalam sinteron Lupus Milenia tersebut.
Karena kekhawatirannya akan dampak negatif yang ditimbulkan gadget, akhirnya suatu hari Mona memutuskan untuk menyita gadget dari Mima.
Namun, apakah semudah itu mengambil sesuatu yang sudah melekat pada anak? Tentu saja bukanlah hal yang mudah, baik bagi Mona maupun putri sulungnya. Apalagi, di saat teman-teman seusianya sedang asyik gadget, sehingga menyitanya tentu saja akan ada konsekuensi tersendiri.
Saya dan si Syanala (Putri Ketiga Mona Ratuliu) |
Karena problem itulah, yang di kemudian hari Mona mencetuskan ide untuk menulis kisahnya sebagai orangtua yang menghadapi kids zaman now. Yakni buku Digital ParenThink.
Pada buku keduanya ini, Mona menulis tentang pengalamannya langsung dan keluarga dalam menghadapi gadget. Tidak hanya itu, Mona juga melengkapi bukunya dengan pengetahuan yang dirangkumnya dari beberapa pakar di bidangnya masing-masing. Serta tidak ketinggalan, kisah anak-anak yang sukses memanfaatkan gadget, seperti Naura (penyanyi), Naya (pengusaha slime), Keisya (sukses juala pastry di Instagram), hingga Rafi Ramadhan (pemusik). Yang mana tujuannya adalah ingin memotivasi para orangtua saat membaca bukunya agar turut mengarahkan anak-anak pada hal positif dari penggunaan gadget itu sendiri.
"Layaknya pisau, gadget pun ada manfaatnya kok" tutup Mona.
Buku Digital ParenThink ini merupakan buku panduan lengkap bagi orangtua dan anak milenial yang cocok dibaca oleh semua kalangan.
Nah, buat para orangtua maupun calon orangtua yang ingin membeli buku tersebut, bisa didapatkan di toko-toko buku terdekat seharga Rp. 69.000,- (harga menyesuaikan daerah masing-masing).
So, Ayah-Bunda, didiklah anak sesuai zamannya!
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)