Literasi Keuangan? Seperti apa sih itu Literasi Keuangan? Mungkin diantara teman-teman menanyakan hal itu. Perlu diketahui, jika literasi keuangan merupakan sebuah kemampuan seseorang untuk mengelola keuangan.
Lalu, Siapa sasaran dari literasi keuangan? Tentu saja seorang ibu rumah tangga, sebab ibu menjadi pemegang kendali soal keuangan. Bisa dibayangkan jika seorang ibu tidak bisa kelola keuangan keluarga dengan bijak, akan seperti apa keuangan rumah tangganya? Yups, bisa dipastikan berantakan, bahkan mengalami ketidakcukupan, padahal jika diatur dan dikelola sebaik mungkin uang tersebut malah berlebih.
Kelola Keuangan dengan Membuat Anggaran Belanja
Siapa nih yang masih pertengahan bulan sudah merasa kekurangan uang belanja? Jika iya, coba deh cek, apakah kita sudah membuat anggaran belanja yang terencana, atau mungkin cara penganggaran yang belum tepat!.
Ngomong-ngomong soal anggaran, saya akan menjelaskan sekilas mengenai apa itu anggaran.
Jadi, Anggaran merupakan suatu rencana keuangan yang mengacu pada seberapa banyak pendapatan dan perkiraan pengeluaran pada periode waktu tertentu. Rencana anggaran ada dua macam, yakni anggaran jangka pendek dan anggaran jangka panjang.
Sebagian orang mungkin nggak bikin anggaran pemasukan dan pengeluaran sehari-hari, padahal inilah yang bisa membuat kondisi keuangan mulai tidak sehat.
Mungkin diantara ibu-ibu ada yang belum paham mengenai anggaran yang tidak sehat? Fine, untuk mengetahui apakah anggaran sehat atau tidaknya bisa dilakukan dengan memeriksa pengeluaran yang berlebih.
Nah, urusan pengeluaran yang berlebih inilah seorang ibu dituntut untuk lebih bijak dalam membelanjakan harta, dapat membedakan antara keinginan dengan kebutuhan sehingga ibu bisa lebih berhemat.
Kampanye Literasi Keuangan Bersama #IbuBerbagiBijak
Tepatnya 10 September lalu, saya mengadiri acara kampanye yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan teknologi pembayaran global terdepan, yakni Visa. Yang mana pada kali ini meluncurkan kampanye #IbuBerbagiBijak dan merupakan tahun kedua. Acara ini diselenggarakan dengan tujuan agar dapat mengedukasi serta mendorong perempuan-perempuan untuk berbagi pengetahuan seputar literasi keuangan.
Yang mana program ini telah lama berkolaborasi dengn Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan sebutan OJK, yang tentunya sudah menjangkau lebih dari 200.000 perempua di seluruh Indonesia.
"Melanjutkan kesuksesan kampanye tahunan, kami sangat senang dapat meluncurkan kampanye literasi keuangan #IbuBerbagiBijak pada tahun kedua ini. Dimana pada tahun ini Visa bersama OJK dan dukungan BI bermaksud ingin mengasah lebih banyak perempuan khususnya para ibu di Indonesia dalam mengajarkan cara pengelolaan keuangan yang bijak dan mendorong mereka untuk berbagi pengetahuan tersebut dengan anggota keluarga dan lingkungan" ucap Riko Abdurrahman selaku presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia.
Dengan mengusung konsep "train the trainer" program ini akan diaksanakan dari bulan Juli hingga September yang mana terdiri dari serangkaian lokakarya serta aktivitas online. Beragam topik tentunya dibahas, mulai dari tips membuat anggaran, menabung, serta mengatur pengeluaran yang bijak, hingga kiat-kiat mendapatkan penghasilan tambahan, serta tips keamanan dalam bertransaksi non tunai.
Sebagaimana yang kita ketahui jika perempuan merupakan Critical economi players di Indonesia, mengingat banyaknya keputusan ekonomi penting, baik itu tingkat keluarga, perusahaan maupun negara, tentunya dibuat oleh perempuan.
Berdasarkan hasil survei Nasional OJK, menunjukkan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan perempuan masih begitu rendah, yakni sebesar 25,5% dan 65,2% atau bisa dikatakan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan laki-laki, yakni sebesar 33,2% dan 69,6%.
Tiga Cara Mencapai Kondisi Keuangan yang Ideal.
Menurut mbak Prita Ghozie selaku pakar literasi keuangan serta dosen UI ini, ada 3 cara agar kondisi keuangan mencapai hasil yang ideal, diantaranya:
*Lakukan Financial Check Up.
Dimana kita hendaknya memeriksa kesehatan keuangan yang sewaktu-waktu bisa saja berubah.
Agar kesehatan keuangan senantiasa terjaga, maka hitungan idealnya yakni:
a). 5% untuk sedekah.
b). 30 % untuk cicilan utang.
c). 10 % untuk dana darurat.
d). 30 % untuk biaya hidup.
e). 15 % untuk investasi, dan
f). 10 % untuk gaya hidup.
*Mengelola Arus Kas.
Disini seorang Perempuan dituntut agar bisa mengelola arus kas rumah tangga, baik segi pendapatan hingga dengan pengeluaran. Tentu saja hal tersebut dilakukan agar keuangan rumah tangga lebih terencana. Selain itu, buatlah pos-pos pembayaran yang dibuat dan dilakukan secara rutin.
*Merencanakan Keuangan.
Dalam berumahtangga, tentu saja segala sesuatu harus direncanakan, termasuk soal keuangan. Sebab, apabila lebih terencana, tentu saja akan minim sekali hambatan dalam menggapai impian, semisalnya impian ingin punya rumah sendiri, ingin menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi, dan lainnya.
Bagaimana? Sudah siap kan untuk merencanakan anggaran bulanan maupun tahunannya? Kalau saya sih, Say Yes! 😁
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)