Nyaman dan menenangkan, itulah yang tergambar saat saya menjejakkan langkah ke salah satu studio yang ada di daerah Depok, yakni Studio Hanafi.
Saat mulai memasuki ruangan, saya pikir di ruangan yang cukup luas itu ada beragam karya seni, seperti seni lukis, seni ukir dan lainnya. Namun, anggapan saya salah, yang saya temui adalah sebuah seni yang tidak biasa. Sebuah seni yang menggunakan kertas bekas sebagai media utamanya. Setiap orang, terutama penikmat sebuah seni, tentunya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam mengartikan makna seni tersebut.
Seni pada dasarnya merupakan suatu kesenangan, sejenis kegembiraan yang merepresentasikan imajinasi tentang apa adanya.
Pada Tour galerry yang saya dan teman-teman lakukan di studio Hanafi memberi kesan tersendiri, sebab karya yang dipamerkan merupakan karya dari tujuh perupa muda pilihan Galery Kertas. Tentu saja hal ini mesti didukung, agar generasi muda mau berkarya seperti para perupa muda ini.
Sekilas Tentang Galery Kertas
Galeri kertas merupakan ruang edukasi sekaligus promosi yang diwadahi Studio Hanafi untuk seniman muda di Indonesia yang berkarya, berupa karya seni visual dan seni rupa yang menggunakan kertas, baik sebagai media, material, atau apapun kemungkinan penciptaan lainnya.
Dalam waktu kurang dari sebulan, tentunya diskusi berbagai gagasan dan ide ditetapkan hingga akhirnya disepakati judul pameran kali ini berjudul “XYCLO”. Kurator Galeri Kertas, Heru Joni Putra mengungkapkan bahwa XYCLO merupakan pameran perupa muda yang tak kalah variatif bila beberapa pameran perupa muda sebelumnya di Galerikertas.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada pertengahan Oktober 2018 silam. Dalam rangkaian acara pameran “gambaur” Ugeng T. Moetidjo telah memilih tujuh perupa muda terpilih, diantaranya Asmoadji, Gilang Mustofa, Ivan Oktavian, Jinggam, Kevin Nathaniel, Amiiko dan M. Raka Septian. Para perupa muda yang rata-rata berusia 20 tahunan ini berasal dari Jakarta, Bandung, Bekasi dan Depok.
Proses pemilihan perupa muda ini tentunya menjadi salah satu platform utama Galeri Kertas Studio Hanafi sebagai ruang pendidikan dan regenerasi seniman.
Momen Tour Galerry Tujuh Perupa Muda
Awal tour kami langsung menuju karya perupa muda, yakni:
- Ivan Oktavian.
Karya yang disuguhkan oleh Ivan ini menggambarkan tentang kegemarannya yang cukup berlebihan dalam mewacanakan karya-karyanya melalui habit penelitian akan sesuatu tempat atau lokasi tertentu, dapat dijajaki sebagai permulaan yang bagus–sebagaimana tampak pada karya-karyanya yang lain.
- Gilang Mustofa.
Karya Gilang Mustofa ini dibuat dalam bentuk instalasi lingkungan yang bisa dieksplorasi lebih cerdas dengan medium kertas, dengan maksud agar terjalin korelasi antara fakta dan ekspresi-ekspresi simbolis/ ketandaan dari karya.
Perupa muda satu ini karyanya lain dari yang lain, sebab karyanya tereksplorasi dengan pencahayaan untuk langgam hasta-karya lewat modus stencil art, sebuah modus yang bisa dikembangkan ke dalam wacana keterampilan dan keperajinan seni rupa berbahan dasar kertas.
Perupa muda yang akrab disapa Raka ini memberikan sentuhan pada gambar-gambar dari frame-frame yang dibuatnya yang disatukan dalam sebuah rangkaian, dimana kemudian karya itu bisa mengingatkan kita kembali kepada bentuk awal seni menyusun gambar yaitu zoetrope sebagai cikal bakal sinematografi/ gambar bergerak/ film yang kita kenal sekarang.
Perupa muda ini memberikan sentuhan "Koneksi" pada karyanya, dimana Karya ini dibuat dengan media kertas dus dan menggunakan cat semprot akrilik. Juga pemetaan visual sebagai karya dukungan dari gambar. Mengapa karya ini diberi nama "Koneksi"? Sebab, koneksi atau hubungan adalah hal yang sangat penting di era sekarang ini, dan dilakukan untuk berbagai kepentingan. Karya yang dibuat dengan pola acak dan ringkas dengan satu lagi, yang diibaratkan sebagai perwujudan dari manusia. Yang memiliki sifat yang acak dan tidak dapat ditebak, manusia juga pada dasarnya menjadi individu di mana mereka berada.
Perupa muda bernama Kevin ini membuat karya instalasi yang terdiri dari Bata Hebel, kertas, benang, lampu LED, dan kursi. Karya yang diciptakannya ini bertujuan hendak merefleksikan pendekatan antropologis dengan mengeksplorasi ruang liminal dan interaksi kehidupan sebagai konsep.
Miko merupakan perupa muda perempuan satu-satunya yang menjadi pemenang pilihan Pak Ugeng. Dalam karyanya, Miko menirukan gaya anime jepang untuk konteks penggambaran imajinasi dan kehidupan sehari-hari yang menjadi bagian dari dirinya sehingga ia pun dapat memproduksi tema dan gaya seni rupa yang kekinian.
Karyanya memberikan gambaran salah satu kehidupan nyata yang terjadi dalam penggunaan transportasi umum Jabodetabek seperti KRL, bus serta angkot-angkot lainnya, yang mana pada jam-jam sibuk orang-orang selalu memaksakan apa pun untuk masuk. Bagaimana mereka menggunakan walau sudah tidak memungkinkan.
Seperti dikejar-kejar waktu. Sehingga, mereka rela berdesak-desakan tanpa ada rasa mengalah bahkan saling memaksakan diri terhadap sesamanya. Yang mana kemudian nasib orang-orang ini akan menjadi pertanyaan: "KAMU YANG MANA?" sehingga dari pikiran tersebutlah Asmoadji membuat sketsa beragam figur KRL dalam ukuran (mendekati) satu banding satu pada kertas art karton yang kemudian dipotong outlinenya saja kemudian digantung.
Pameran XYCLO yang berlangsung selama 10 hari (17-27 November 2018) tersebut tentunya memberi kesan tersendiri bagi para perupa muda ini. Sebab, masing-masing perupa yang terpilih diharuskam membuat karya baru dengan media berbasis kertas yang tentunya disesuaikan dengan gaya mereka sendiri. Tentu saja hal seperti ini mesti didukung agar terlahirlah para perupa-perupa muda berprestasi.
- Muhamad Raka Septianto.
Perupa muda satu ini karyanya lain dari yang lain, sebab karyanya tereksplorasi dengan pencahayaan untuk langgam hasta-karya lewat modus stencil art, sebuah modus yang bisa dikembangkan ke dalam wacana keterampilan dan keperajinan seni rupa berbahan dasar kertas.
Perupa muda yang akrab disapa Raka ini memberikan sentuhan pada gambar-gambar dari frame-frame yang dibuatnya yang disatukan dalam sebuah rangkaian, dimana kemudian karya itu bisa mengingatkan kita kembali kepada bentuk awal seni menyusun gambar yaitu zoetrope sebagai cikal bakal sinematografi/ gambar bergerak/ film yang kita kenal sekarang.
- Jinggam.
Perupa muda ini memberikan sentuhan "Koneksi" pada karyanya, dimana Karya ini dibuat dengan media kertas dus dan menggunakan cat semprot akrilik. Juga pemetaan visual sebagai karya dukungan dari gambar. Mengapa karya ini diberi nama "Koneksi"? Sebab, koneksi atau hubungan adalah hal yang sangat penting di era sekarang ini, dan dilakukan untuk berbagai kepentingan. Karya yang dibuat dengan pola acak dan ringkas dengan satu lagi, yang diibaratkan sebagai perwujudan dari manusia. Yang memiliki sifat yang acak dan tidak dapat ditebak, manusia juga pada dasarnya menjadi individu di mana mereka berada.
- Kevin Nathaniel.
Perupa muda bernama Kevin ini membuat karya instalasi yang terdiri dari Bata Hebel, kertas, benang, lampu LED, dan kursi. Karya yang diciptakannya ini bertujuan hendak merefleksikan pendekatan antropologis dengan mengeksplorasi ruang liminal dan interaksi kehidupan sebagai konsep.
- Miiko.
Miko merupakan perupa muda perempuan satu-satunya yang menjadi pemenang pilihan Pak Ugeng. Dalam karyanya, Miko menirukan gaya anime jepang untuk konteks penggambaran imajinasi dan kehidupan sehari-hari yang menjadi bagian dari dirinya sehingga ia pun dapat memproduksi tema dan gaya seni rupa yang kekinian.
- Asmoadji.
Karyanya memberikan gambaran salah satu kehidupan nyata yang terjadi dalam penggunaan transportasi umum Jabodetabek seperti KRL, bus serta angkot-angkot lainnya, yang mana pada jam-jam sibuk orang-orang selalu memaksakan apa pun untuk masuk. Bagaimana mereka menggunakan walau sudah tidak memungkinkan.
Seperti dikejar-kejar waktu. Sehingga, mereka rela berdesak-desakan tanpa ada rasa mengalah bahkan saling memaksakan diri terhadap sesamanya. Yang mana kemudian nasib orang-orang ini akan menjadi pertanyaan: "KAMU YANG MANA?" sehingga dari pikiran tersebutlah Asmoadji membuat sketsa beragam figur KRL dalam ukuran (mendekati) satu banding satu pada kertas art karton yang kemudian dipotong outlinenya saja kemudian digantung.
Pameran XYCLO yang berlangsung selama 10 hari (17-27 November 2018) tersebut tentunya memberi kesan tersendiri bagi para perupa muda ini. Sebab, masing-masing perupa yang terpilih diharuskam membuat karya baru dengan media berbasis kertas yang tentunya disesuaikan dengan gaya mereka sendiri. Tentu saja hal seperti ini mesti didukung agar terlahirlah para perupa-perupa muda berprestasi.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)