Harta yang paling berharga adalah Keluarga.
Penggalan lirik lagu tersebut tentunya sudah tidak asing di telinga kita. Ya, keluarga. Semua bermula dari sebuah keluarga, dan tentu saja dalam menjaga keluarga ada tanggungjawab kita bersama, terutama para orangtua.
Ngomong-ngomong soal keluarga dan tanggungjawab orangtua, saya jadi ingat kisah sebuah keluarga yang saat itu saya saksikan sendiri, dimana sang Ayah merokok seenaknya di dalam rumah, padahal di rumah tersebut ada anak balita. Saat ditegur, dia tidak mengindahkan, justru makin menjadi meniupkan asap rokoknya kemana-mana.
Berselang beberapa bulan, kami mendengar kabar dari istrinya jika sang anak sedang dirawat di rumah sakit. Kami pikir hanya sakit biasa, namun yang mengejutkan, ternyata sang anak didiagnosis terkena sakit Paru. Masyaa Allah. Tak dapat dibayangkan seorang anak kecil yang tadinya terlihat sehat ceria, seketika terbaring di ruang yang serba putih, Rumah Sakit.
Ibu Sumiati yang merupakan seorang penggiat Kampung Tanpa Rokok, Kampung Penas Jakarta Timur, menjadi salah satu contoh yang berhasil melakukan sebuah aksi, bukan hanya teori, yakni membangun Kota Layak Anak. Yang mana informasi tersebut saya dapatkan dengan menyaksikan langsung siarannya di program radio Ruang Publik KBR dengan judul ‘Kawasan Tanpa Asap Rokok untuk Ciptakan Kota Layak Anak’.
FYI! Program radio Ruang Publik KBR yang saya saksikan ini menghadirkan dua narasumber utama:
Kembali lagi ke kisah Ibu Sumiati. Yang menggerakkan hatinya untuk menciptakan Kota Layak Anak adalah karena Ibu Sumiati sendiri telah menjadi korban dari paparan asap rokok, yang mana beliau terdiagnosis penyakit paru saat tahun 2007. Seiring berjalannya waktu, Ibu Sumiati makin mencemaskan keadaan sekitar Kampung Penas, yang mana Kampung Penas ini merupakan sebuah kawasan kumuh yang berada di bantaran kali Ciliwung. Tahu kan Kali Ciliwung itu seperti apa? Sudah di sekitar kali penduduknya padat, ditambah pula dengan keadaan lingkungan yang kotor.
Kawasan Tanpa Rokok tentunya menjadi salah satu ndikator untuk menciptakan Kota Layak Anak, dan tentu saja dibutuhkan dukungan bersama dalam menciptakannya. Memang tidak mudah, namun jika dilakukan secara bersama maka akan jauh lebih mudah.
Dari pengalaman dan kerja keras Ibu Sumiati dalam membangun Kota Layak Anak, tentunya kita bisa mencontoh dan menerapkan pada lingkungan sekitar kita agar turut menjadi Kota Layak Anak.
Ibu Sumiati menjelaskan jika ia bersama rekannya hanya ingin melindungi perempuan dan anak-anak dari bahayanya asap rokok. Sebagaimana juga ditegaskan oleh Ir. Yosi
Seperti yang kita ketahui, anak adalah penerus, jika kita saja sudah tidak perduli dengan kesehatan mereka, bagaimana mereka akan tumbuh kembang menjadi anak yang sehat dan membanggakan keluarga serta bangsa.
Ngomong-ngomong soal keluarga dan tanggungjawab orangtua, saya jadi ingat kisah sebuah keluarga yang saat itu saya saksikan sendiri, dimana sang Ayah merokok seenaknya di dalam rumah, padahal di rumah tersebut ada anak balita. Saat ditegur, dia tidak mengindahkan, justru makin menjadi meniupkan asap rokoknya kemana-mana.
Berselang beberapa bulan, kami mendengar kabar dari istrinya jika sang anak sedang dirawat di rumah sakit. Kami pikir hanya sakit biasa, namun yang mengejutkan, ternyata sang anak didiagnosis terkena sakit Paru. Masyaa Allah. Tak dapat dibayangkan seorang anak kecil yang tadinya terlihat sehat ceria, seketika terbaring di ruang yang serba putih, Rumah Sakit.
Apa yang Bisa Kita Lakukan??
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bebas asap rokok, salah satunya dengan tidak merokok di sembarang tempat terutama di lingkungan rumah. Coba bayangkan, masa depan anak-anak kita yang terbebas dari asap rokok, menyehatkan bukan?Ibu Sumiati yang merupakan seorang penggiat Kampung Tanpa Rokok, Kampung Penas Jakarta Timur, menjadi salah satu contoh yang berhasil melakukan sebuah aksi, bukan hanya teori, yakni membangun Kota Layak Anak. Yang mana informasi tersebut saya dapatkan dengan menyaksikan langsung siarannya di program radio Ruang Publik KBR dengan judul ‘Kawasan Tanpa Asap Rokok untuk Ciptakan Kota Layak Anak’.
FYI! Program radio Ruang Publik KBR yang saya saksikan ini menghadirkan dua narasumber utama:
- Ir. Yosi Diani Tresna selaku MPM Kasubdit Perlindungan Anak, Dit. Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga, Kementerian PPN/Bappenas.
- Sumiati selaku Pegiat Kampung Tanpa Rokok, Kampung Penas Jakarta Timur.
Kembali lagi ke kisah Ibu Sumiati. Yang menggerakkan hatinya untuk menciptakan Kota Layak Anak adalah karena Ibu Sumiati sendiri telah menjadi korban dari paparan asap rokok, yang mana beliau terdiagnosis penyakit paru saat tahun 2007. Seiring berjalannya waktu, Ibu Sumiati makin mencemaskan keadaan sekitar Kampung Penas, yang mana Kampung Penas ini merupakan sebuah kawasan kumuh yang berada di bantaran kali Ciliwung. Tahu kan Kali Ciliwung itu seperti apa? Sudah di sekitar kali penduduknya padat, ditambah pula dengan keadaan lingkungan yang kotor.
Pict. Pixabay |
Kawasan Tanpa Rokok tentunya menjadi salah satu ndikator untuk menciptakan Kota Layak Anak, dan tentu saja dibutuhkan dukungan bersama dalam menciptakannya. Memang tidak mudah, namun jika dilakukan secara bersama maka akan jauh lebih mudah.
Saatnya Bergerak Menuju Perubahan Lebih Baik
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2018, ternyata sekitar 43 persen saja Kota dan Kabupaten di Indonesia yang memiliki aturan Kawasan Tanpa Rokok. Dan, tentunya itu menjadi PR kita bersama agar dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan layak untuk anak. Sebagaimana Kampung Penas yang hingga kini telah dijadikan sebagai contoh kawasan bebas rokok.Dari pengalaman dan kerja keras Ibu Sumiati dalam membangun Kota Layak Anak, tentunya kita bisa mencontoh dan menerapkan pada lingkungan sekitar kita agar turut menjadi Kota Layak Anak.
Ibu Sumiati menjelaskan jika ia bersama rekannya hanya ingin melindungi perempuan dan anak-anak dari bahayanya asap rokok. Sebagaimana juga ditegaskan oleh Ir. Yosi
‘Kami ingin menyelamatkan anak-anak dari bahayanya asap rokok!’
Seperti yang kita ketahui, anak adalah penerus, jika kita saja sudah tidak perduli dengan kesehatan mereka, bagaimana mereka akan tumbuh kembang menjadi anak yang sehat dan membanggakan keluarga serta bangsa.
Paling sebel deh memang kalau udah ada asap rokok. Dan suka bingung kenapa sih masih ada aja yang merokok padahal udah ada KTR, dan sekarang bisa puasa dari rokok kan, haddeh
BalasHapussaya juga kesel banget kalau ada yang merokok dekat-dekat dengan anak saya, karena saya dan suami bukan perokok jadi kalau ada saudara atau kerabat main ke rumah dan merokok, saya pasti sudah cerewet deh
BalasHapusAnak adalah aset berharga bukan saja untuk keluarga tapi juga untuk bangsa, negara dan agama. Menciptakan lingkungan sehat untuk membentuk anak menjadi berkarakter baik sangat penting dan itu wajib kita dukung supaya anak sejak dini mendapatkan segala haknya
BalasHapusKampung tanpa asap rokok merupakan upaya menjaga kesehatan warga. Tidak mudah mengajak warga untuk berubah.
BalasHapusSalut sama ibu sumiati menciptakan lingkungan bebas tanpa asap rokok.
Setuju banget. Alhamdulillah, rumahku sudah bebas rokok. Semoga anak-anakku juga gak kebawa lingkungan di luar rumah yang banyak asap rokok. Dan ini yang sering jadi kekhawatiran saya. Anak ikut-ikutan merokok karena teman-temannya.
BalasHapusSemoga semakin banyak keluarga yang sadar kalau merokok di depan anak itu bahaya. Harus ciptakan lingkungan sehat mulai dati rumah kita nih.
BalasHapusSemoga makin banyak Kawasan Bebas Rokok ada, sehingga generasi mendatang lebih sehat jiwa raga
BalasHapussemoga kampung tanpa rokok dan kota layak anak ini makin banyak di Indonesia
BalasHapusIya, sekarang ini suka miris kalo liat anak2 byk sakit krn lingkungannya perokok. Bahkan bapaknya sendiri yg ngerokok. Hiks..
BalasHapusWaah Kampung Penas ini dekat lokasinya dengan kampusku tp ku baru tau dikenal sbg kampung anti rokok. Aalutt
BalasHapusPenyakit mematikan yang banyak di derita oleh anak-anak selain diare juga pneumonia atau bronkitis..
BalasHapusJujur saya aja suka nyesek nyium asap rokok malah kadang suka pusing, apabila kalau anak-anak yang terpapar asap rokok, miris banget. Semoga lingkungan kita segera terhindar dari paparan asap rokoj
Iya mbak rokok itu membahagiakan banget banyak anak-anak yang akhirnya harus pulang lebih dulu karena asap rokok.
BalasHapusAku tuh selalu iyuh sama asap rokok, bagiku para perokok adalah orang yang egoisnya kebangetan. Mungkin karena keluargaku turunan asma ya, begitu ada asap rokok bisa dipastikan langsung sesek
BalasHapusKalau banyak kampung/ area bebas rokok kyk gtu pasti seneng banget ya.
BalasHapusPlaing gak suka kalau ada anak2 deket2 sama org dewasa yang merokok apalagi ngliat ortu ngasuh anak sambil merokok -_-"
Aku ga bisa banget kalau ada orang ngerokok., apalagi di rumah, bisa sesak nafas dah. Bagus ni, semoga aja semakin menyebar ke pelosok2, terwujudnya kampung bebas rokok
BalasHapusAlhamdullilah suami sudsh berhenti merokok, aku paling sebal dengan orang yang merokok di depan umum, diingatkan marah. Harus dibasmi orang macam ini, terutama merokok depan anak
BalasHapusAduh nyebelin kalau lihat orang ngerokok gak lihat tempat, apalagi kalau ditempat makan. Mentang-mentang gak pakai ac terus bisa bebas gitu ngerokoknya. Nyebeliiiinnnnnn....
BalasHapushmm jadi penasaran nih kota layak anak yang dibangun bu sumiati itu gimana konsepnya. soalnya pastinya ada banyak tantangan kan ya untuk mewujudkan lingkungan yang benar-benar bebas rokok
BalasHapusSalut sm bu Sumiyati yg menciptakan kampung bebas asap rokok,karna gak gampang ngajak orang buat berhenti rokok.suka sebel kl ngeliat org ngerokok asep nya smp ngebul, asap mu bukan untuk ku, tauuu ...
BalasHapusYa Alloh, sumpah keren banget beliau... Kampung bebas rokok? Kereeeenn. Itu pasti penduduknya cerdas2 semua, cerdas dunia akhirat. Iya, aku suka sebel parah sama perokok, dzolim dan anti empati pasti.
BalasHapus