Sejak kecil orangtua sudah mengenalkan Saya dengan makanan pokok yang bernama Nasi, yang mana nasi ini merupakan hasil pengolahan dari beras yang ditanak. Bagaimana dengan Sagu? Sejak kecil pun Saya sudah dikenalkan dengan Sagu, namun bukan sebagai makanan pokok, akan tetapi sebagai tepung yang dapat dijadikan campuran olahan empek-empek, bahkan sering dipakai Ibu untuk membuat kue ketika hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha.
FYI! Sagu pernah menjadi sumber pangan utama bagi masyarakat sebelum beras masuk ke Indonesia, akan tetapi kini di mata masyarakat, Sagu diingat hanya sebagai makanan khas Papua dan digunakan hanya sebagai pembuat olahan kue dan lain-lain, bukan sebagai makanan utama lagi. Melihat hal inilah, kemudian Ahmad Arif yang merupakan wartawan senior, menulis buku berjudul "Sagu Papua untuk Dunia" dengan tujuan agar masyarakat Indonesia kembali mengingat dan mengenal Sagu yang menjadi makanan utama nenek moyang kita.
Perlu juga diketahui jika kandungan nutrisi terbanyak di dalam sagu adalah karbohidrat murni, yang mana karbohidrat ini masuk dalam kategori makronutrien yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah banyak, tentunya untuk bahan energi serta fungsi otak. Selain itu, kandungan sagu mengandung lemak jenuh yang sangat sedikit sehingga bagus untuk kesehatan.
Ada beberapa Manfaat mengkonsumsi sagu, diantaranya:
- Sebagai sumber Energi.
- Dapat memperlancar sistem pencernaan.
- Meningkatkan kesehatan Tulang dan Sendi.
- Dapat mencegah darah tinggi.
- Bahkan dapat digunakan sebagai masker wajah alami.
Diskusi dan Launching Buku Sagu Papua untuk Dunia
Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerja sama dengan perusahaan pangan berbasis agribisnis PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) meluncurkan buku berjudul "Sagu Papua untuk Dunia". Pada acara tersebut, menghadirkan beberapa orang narasumber, yakni:
- Ahmad Arif, Penulis Buku "Sagu Papua untuk Dunia".
- Naga Waskita, selaku Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk
- Dr. Ir. Agung Hendriadi MEng, selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian.
"Peluncuran buku berjudul Sagu Papua untuk Dunia ini, bertujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat kepada sejarah. Selain itu, menjelaskan bahwa Papua memiliki cadangan Sagu alam terbesar di Indonesia bahkan dunia" jelas Ahmad Arif.
Menurut Ahmad Arif, sebenarnya kerentanan pangan Indonesia dikarenakan kurangnya pengetahuan dibandingkan dengan kurangnya sumber pangan.
Nah, sudah saatnya pemerintah menempuh kebijakan pangan yang berperspektif Nusantara, dengan demikian tentunya tanaman lokal yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan iklim setempat mendapat prioritas, salah satunya yakni Sagu.
Dalam upaya untuk mengangkat kembali derajat sagu, PT ANJ (Austindo Nusantara Jaya) Tbk kemudian mengembangkan pemanenan sagu serta proses pengolahannya menjadi tepung sagu, yang kemudian hasil olahan berupa mie, kue dan makanan lainnya berbahan sagu tersebut dapat dinikmati di Resto Bueno Nasio yang berlokasi di menara BTPN Mega Kuningan Jakarta. Resto yang dikelola ANJ dihadirkan untuk merepresentatifkan hidangan dari olahan sagu kepada penikmat kuliner, jadi di acara diskusi dan launching buku beberapa hari lalu Saya pun dapat ikut mencicipi semua hasil olahan berbahan sagu yang enak-enak tersebut. Tuh kan, ngiler!
Pada kesempatannya, Pak Naga Waskita menjabarkan jika ia berharap dengan tersedianya berbagai makanan olahan sagu di Bueno Nasio, masyarakat makin banyak yang sadar akan kebaikan mengkonsumsi pangan lokal, sebab Sagu bebas gluten.
Oiya, buku "Sagu Papua untuk Dunia" ini sudah bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di kota kalian ya. Semoga informasi yang Saya sampaikan bermanfaat! 😊
Wah cocok nih, aku juga memang lagi menghindari Gluten. Olahan yang mie dan puding sago mango sepertinya enaaaak... Huwaaah ngilerrr.
BalasHapusCocok ini, kuliner non gluter khas indonesia. Jadi pengen punya buku sagu papua untuk dunia ini juga.
BalasHapuskalau sagu, dulu mama saya sering bikinin jajanan dari sagu. jadi walau orang jawa tapi dah kenal sagu dari dulu. eh tapi saya juga baru tahu ada mi dari sagi
BalasHapusPenasaran sama rasa Puding sago mango, pingin coba. Itu rasanya gimana mbak?
BalasHapusBerarti sagu ini lebih sehat karena bebas gluten ya mbak?
Waahh baru tau kak elva kalo Sago ini palinh besar sumbernya ada di Papua. Ternyata banyak macam macam masakan enak dari sago ya. Ntar ke gramed cobaa aku cari seh buku ini
BalasHapusKu pengin beli ah bukunya, Sagu Papua untuk Dunia. Dan dari artikel ini ku baru tahu bahwa Papua adalah cadangan sagu terbesar dunia
BalasHapusWah mbak El itu enak semua makanan olahan sagu. Kalau ngomongin sagu, sebenarnya lewat camilan pun pernah kita konsumsi misalnya kue rangi, cireng.
BalasHapusMasyaAllah aku kebetulab juga sedang berusaha menghindari gluten ternyata sagu ini sehat ya
BalasHapusWah, tidak sabar untuk menanti baca bukunya
BalasHapusWaaah baru tau mbak kalau sagu ternyata bisa diolah menjadi berbagai macam makanan seperti mie, kue dan sebagainya ya. Setau saya sagu ya identik dengan makanan orang papua sebagai pengganti nasi.
BalasHapusSetahu saya setiap daerah memang punya pangan utama yang khas. Gak semuanya makan nasi. Setuju kalau sagu kembali menjadi makanan utama di Papua. Syukur-syukur kalau bisa mendunia
BalasHapusMbaa, pinjam bukunya dong. Penasaran nih mau membaca langsung bukunya mba. Kebetulan yang nulis aku kenal. Hehehe
BalasHapusPenasaran sama rasa sagunya.
BalasHapusAlhamdulillahnya banyak makanan Indonesia yang mendunia yaa...
Jarang banget nih aku makan hasil olahan sagu ini, sepertinya enak-enak juga ya makanannya. Paling banter makan bubur sagu yang warnanya kecoklatan itu. Itu pun sudah enak banget ditambah kuah santan.
BalasHapusAku mau dong baca mbaa secara aku suka makanan yang terbuat dari sagu2an gk sabar nih mau baca
BalasHapusDari dulu2 penasaran banget sama papeda. Pernah coba buat tapi gagal ðŸ˜
BalasHapusAku bahkan ga tahu kalau ternyata sagu tuh bebas 'Gluten'
BalasHapusWah, ternyata sagu papua dapat dibuat bermacam-macam makanan, termasuk puding, oke banget
BalasHapus