Pict. Pixabay |
Halo, Mak, seantero negeri, apa kabar? Semoga sehat selalu. Sehat jiwa dan sehat raga. Sengaja Saya menyapa emak-emak, bukan karena Saya juga seorang emak, bukan, melainkan di sini Saya ingin membangkitkan semangat para emak-emak buat bangkit meskipun kita masih hidup berdampingan dengan pandemi. Tahukah kalian, Mak, berdasarkan hasil sebuah survei menunjukkan bahwa sebanyak 56 persen ibu rumah tangga - mayoritas ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan 1-2 anak dan sudah menikah belum punya anak - mengaku stress, sulit tidur, gejala kecemasan, hingga mudah marah. Nah, yang mudah marah-marah harus waspada, khawatir itu tanda-tanda mulai adanya stress. Jangan sampai🥺
Dan, hasilnya menunjukkan 9 dari 10 orang (91 persen) ibu rumah tangga yang mengikuti survei tersebut mengaku jika mereka terdampak pandemi. Ada sebanyak 60 persen mengalami masalah terbesar di sektor keuangan, 37 persen pada sektor kesehatan terkait kecemasan terhadap pandemi dan selebihnya hal lain-lain.
Tuh kaaan, di sektor keuangan yang morat marit yang menjadi pemicu timbulnya stress.
Dari Pandemi Saya Belajar Banyak Hal
Meski banyak karyawan yang dirumahkan, penghasilan berkurang, tapi nyatanya harga sembako tetap saja naik-naik ke puncak gunung tinggiii ... sekali dan tak pernah turun kembali 😂, meskipun di tengah pandemi. Imbasnya? Kita harus lebih 'mengencangkan ikat pinggang', mencari sekiranya lahan yang bisa ditumpangi untuk bercocok tanam, setidaknya dengan bercocok tanam kita bisa menjaga ketahanan pangan untuk rumah tangga. Lalu, bagaimana dengan mereka yang hidup di tengah perkotaan? Yang makan sehari sekali saja sudah merasa beruntung?
"Alhamdulillah, tabunganku masih ada. Tapi, melihat pandemi yang belum kunjung pergi, nggak tahu bisa bertahan sampai kapan!" Curhat seseorang via whatsapp.
Sebut saja namanya Kamboja, wanita paruh baya yang Saya kenal karena kami bertetangga, dan kami sama-sama masih tinggal di rumah kontrakan. Suaminya seorang tukang jahit, sedangkan ia hanya bertugas bantu-bantu suaminya tersebut. Selama kurang lebih 3 tahun bertetangga, Kamboja akhirnya pulang ke kampung halaman karena sang suami - yang menjadi tulang punggung keluarga - meninggal. Lalu, mengapa dia tidak meneruskan pekerjaan sang suami? Dikarenakan ia tidak bisa, pun tidak pernah diajarkan suaminya untuk menjahit karena ia hanya ditugaskan buat mengasuh anak, mengurus rumah dan membantu sekadarnya.
Semua peralatan menjahit itu akhirnya dijual, tentu saja untuk biaya hidup kedepan dan biaya sekolah kedua anaknya.
Meskipun terpisah jarak, namun komunikasi diantara kami tetap terjaga, bahkan Saya pernah mengajaknya buat bergabung ke komunitas yang isinya para emak-emak hebat, supaya ia termotivasi. Dari sana Saya belajar, bahwa meng-upgrade diri itu perlu, meskipun status menjadi ibu rumah tangga. Toh, menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, tapi bukan berarti cukup mengandalkan penghasilan suami. Dan, kita pun bisa meng-upgrade skill melalui media sosial yang kita miliki.
Lalu, apa hubungannya dengan judul yang Saya tulis?
Tentu saja ada. Di era digitalisasi seperti sekarang ini, siapa sih yang nggak kenal media sosial 'kecuali angkatan nenek Saya, ada sih yang nggak kenal dan nggak punya media sosial'?
Pict. Pribadi |
Memang, ada sebagian orang yang memberi pendapat jika media sosial hanya memberi dampak buruk, namun tidak semuanya benar, loh! Asal kita tahu mau dibawa kemana 'hubungan kita' tujuan media sosial kita.
Media Sosial Pembawa Berkah
Karena nyatanya, pandemi ini justru membawa 'blessing' bagi pengguna media sosial. Seperti contohnya salah seorang teman, jika sebelumnya dia hanya mengandalkan penghasilan dari berjualan di pinggir jalan raya dan penghasilan hanya segitu-gitu saja, saat pandemi justru ia putar otak untuk bisa menggunakan media sosialnya buat berjualan online dan bergabung ke berbagai komunitas, dan tentu saja memberi peluang sehingga jualannya (UMKM) dilirik hingga ke berbagai daerah yang terjangkau internet. Sebab, sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berlanjut menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tentu saja orang-orang yang sedang Work from Home dan anak-anak melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mau tak mau mesti belanja apa-apa via online. Alhasil? Sejak pandemi pengguna media sosial makin meningkat.
Ada pula teman lainnya, dari media sosial ia meng-upgrade skill hingga akhirnya menjadi narasumber pada salah satu acara webinar yang membahas mengenai media sosial dan tentang literasi.
Terlebih ibu rumah tangga seperti Saya, dari media sosial juga Saya dan ibu-ibu lainnya bisa mendapat informasi kapan momen gelar pangan murah diadakan, kan lumayan bisa mendapatkan harga kebutuhan pokok yang termurah. Tapi, meskipun lagi murah jangan sampai juga kita bablas berbelanja hingga membeli barang yang tidak dibutuhkan. Dan masih banyak manfaat lainnya dari bermedia sosial.
Tapi, Mak, hati-hati juga dalam menyikapi info ataupun berita yang beredar di beranda kita. Nah, kalau ngomongin soal portal berita, tentunya Indozone bisa jadi pilihan. Karena selain beritanya terupdate, indozone juga punya banyak pilihan berita yang bisa kita pilih, baik itu dunia kesehatan, kecantikan dan masih banyak lainnya.
Sumber Cuan Dari Media Sosial
Ada beberapa pekerjaan online yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, diantaranya:
- Berjualan Online
Ada beragam kebutuhan yang bisa kita jajakan di media sosial yang kita miliki, seperti misalnya berjualan pakaian, mainan anak, makanan dan masih banyak lainnya.
- Menjadi Penulis FTV
Jika dulu ingin mengirim karya tulis atau sinopsis untuk sebuah program acara FTV mesti mengirim melalui pos, sekarang cukup mengirim melalui media email bahkan via whatsapp (yang dikirim dalam bentuk word).
- Menjadi Narasumber Webinar
Jika kamu punya keahlian yang bisa dibagikan - misal pinter dalam fotografi - kamu bisa berbagi melalui via zoom dan tentunya dari kegiatan tersebut akan mendapat imbalan.
- Menjadi Penulis Buku
Ini juga bisa menjadi peluang mendatangkan cuan, sebab saat ini ada banyak platform yang mencari para penulis fiksi yang hasil karyanya tentu akan dibayar.
Dan, masih banyak lagi hal positif dari media sosial yang bisa kita rasakan.
Yuk, Mak, kita gunakan media sosial sebijak mungkin dan upgrade skill supaya media sosial yang kita punya bisa mendatangkan cuan. Saya bisa, kamu pun bisa 😉
Upgrade skill akan berpengaruh pada kemampuan diri ini untuk dapat cuan dan mengetahui hoax atau tidak. Hal inilah yang akan menjadi sumber jempol kita untuk share atau tidak.
BalasHapusBener Mpo
Hapus