Peran dokter di tengah pandemi (pict. pixabay) |
"Innalillah wainnailaihi roji'un. 1 orang dokter kembali gugur di tengah pandemi, padahal baru beberapa hari lalu tenaga kesehatan ada yang meninggal!"
Begitulah percakapan di grup whatsapp beberapa bulan setelah pandemi terjadi dan lonjakan kasus makin meningkat. Sedih pastinya.
Berdasarkan data dari katadata(dot)co(dot)id, jika kematian para dokter tertinggi terjadi pada bulan Juli 2021, itu artinya kita harus lebih memperketat protokol kesehatan agar tidak menambah deretan jumlah pasien yang harus ditangani para dokter. Sebab, perlu kalian ketahui jika ternyata rasio jumlah dokter masih sangat rendah, yaitu 0,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 4 untuk melayani 10.000 penduduk. Jumlah tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan, sebab karena pandemi membuat hampir 2.000 tenaga kesehatan berguguran. Akibatnya, membuat layanan kesehatan menjadi tidak optimal, terlebih pada pasien yang mengidap penyakit Kusta.
Penyakit Kusta tentunya dapat disembuhkan, namun harus berobat secara rutin. Akan tetapi, disebabkan oleh beberapa kasus selama pandemi, akhirnya mereka (penderita kusta) terpaksa putus obat hingga tidak mendapatkan layanan secara optimal yang mengakibatkan adanya temuan kasus baru menurun dikarenakan aktivitas pelacakan kasus menjadi terbatas akan tetapi angka keparahan maupun kecacatan semakin meningkat. Padahal, di tengah pandemi seperti sekarang ini tenaga kesehatan merupakan Pioneer dalam mengatasi situasi tersebut.
Untuk mengetahui seperti apa tantangan dan perjuangan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama dalam hal mengatasi penyakit tropis terabaikan seperti kusta di tengah pandemi, beruntung sekali Saya dapat menyaksikannya langsung melalui Live Streaming di Youtube Berita KBR pada tanggal tanggal 29 Oktober 2021 jam 09.00 s/d 10.00 Wib. Tentunya dengan dua orang narasumber:
- dr. Ardiansyah, selaku Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
- dr. Udeng Daman, selaku Technical Advisor NLR Indonesia.
"Berdasarkan data dari Kemenkes, di Indonesia ada beberapa kabupaten yang tersebar di 21 Provinsi yang belum mencapai eliminasi kasus penyakit kusta," terang dr. Udeng Daman.
Ini menunjukkan, jika masih ada kabupaten-kabupaten yang perlu mendapatkan perhatian khusus soal penanganan penyakit Kusta supaya penyebaran kusta dapat segera diatasi sesegera mungkin.
Pada kesempatannya, dr. Ardiansyah menjelaskan jika rasio jumlah dokter harusnya antara 0,5 s/d 0,6 per 1.000 penduduk, terlebih dalam menangani pasien di tengah pandemi seperti sekarang ini. Namun, pada kenyataannya rasio tersebut belum tercapai dan ini masih menjadi PeEr banget.
Untuk itulah penambahan kapasitas tenaga kesehatan terutama yang menangani penyakit kusta harus dilakukan kembali begitu juga dengan penyakit-penyakit lainnya. Pemeriksaan pasien kusta harus dekat, untuk itu tenaga kesehatan harus lebih memperketat prokes. Selama itu diikuti, walaupun mungkin risiko terpapar ada, setidaknya dapat mengurangi risiko terpapar virus covid-19 yang bisa saja membahayakan nakes.
Rekomendasi penguatan baik dokter dan tenaga medis di Indonesia terutama khususnya untuk menangani kusta, diantaranya:
1. Dalam hal distribusi, diprioritaskan daerah yang endemisnya tinggi.
2. Adakan sesi khusus ke lapangan untuk melihat dan menangani langsung kasus kusta.
3. Ikut pelatihan formal maupun informal serta ikut aktif ikut kegiatan workshop mengenai Kusta bagi dokter dan tenaga medis baru terutama di daerah yang endemis tinggi.
Program ataupun Upaya Yang Dilakukan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Dalam hal penanganan kusta ini, tentu saja ada upaya yang telah bahkan akan terus dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), diantaranya:
1. IDI bertugas untuk memelihara serta membina terlaksananya sumpah dokter dan kode etik kedokteran.
2. Ikut serta meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan bagi dokter serta tenaga medis, apalagi dokter pembelajarannya seumur hidup.
3. Melakukan kemitraan dengan pemerintah terkait kebijakan-kebijakan kesehatan. Dan IDI menjadi mitra utama kementrian kesehatan dalam membuat kebijakan terkait profesi.
4. Kemitraan dengan pihak luar seperti Radio Berita KBR, NLR Indonesia, serta aktif di malaria, HIV Aids dan masih banyak lainnya yang melibatkan profesi.
5. Memberdayakan masyarakat dengan mengedukasi masyarakat tentang penyakit-penyakit terutama penyakit kusta.
Nah, itulah beberapa usaha yang dilakukan oleh NLR Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kita sebagai masyarakat hendaklah ikut mendukung serta supaya program yang telah direncanakan berjalan lancar.
Salah hangat, salam sehat!
Perhatian ke kusta emang wajib banget karna jangan sampai terabaikan ya mba. Apalagi wilayah jauh yang info soal kusta masih minim. Padahal mereka butuh juga penanganan pengobatan
BalasHapusJumlah dokter di Indonesia ternyata masih jauuuuuuuuuh kurangnya ya kalau dari perbandingan dengan masyarakatnya. Memang sih selain dari biaya kuliahnya yang tinggi, minat dan pemikiran lainnya menjadi kendala. Peran dokter di pelosok tentu sangat dinantikan. Untuk penanggulangan kusta juga perlu tentunya dokter2 yang siap sedia.
BalasHapus