Penyakit kusta yang sudah dikenal sejak zaman kuno ternyata hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terlebih pada wanita. Penyakit kusta bagi wanita dianggap sebagai monster yang menakutkan, sebab tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi fisik, namun juga dapat merusak mahkota kecantikannya, karena karakteristik penyakit tersebut sangat merusak tubuh dan bersifat opurtunistik.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO terhadap sampel 202 pasien kusta pria dan wanita di Ribeirao Preto, Brazil, menyelidiki dan menemukan dampak kusta yang ternyata dapat memperburuk ketidaksetaraan gender. Diagnosis kusta menyebabkan stigmanisasi diri lebih besar di kalangan wanita, sehingga berdampak besar terhadap kegiatan mereka. Di samping itu, wanita juga lebih sering menyembunyikan penyakit ini dari keluarga mereka. Berbagai problem itulah yang membuat orang dengan kusta sulit keluar dari masalah yang dihadapi dan ada tuntutan kemampuan untuk mandiri dalam mengatasi penyakit tersebut.
Kusta dan Risiko Terhadap Wanita
Kusta (lepra) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobaterium leprae yang dapat menyerang siapa saja termasuk wanita. Akan tetapi, wanita mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kusta karena faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang memengaruhi penyebaran penyakit tersebut. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita terkena kusta, diantaranya:
- Kondisi Sosial dan Ekonomi.
Wanita yang tinggal di daerah yang miskin atau kurang akses terhadap perawatan kesehatan cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena kusta.
Akibat kondisi sosial dan ekonomi yang buruk inilah yang dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
- Kehidupan Keluarga.
Wanita yang tinggal dengan anggota keluarga yang menderita kusta memiliki risiko tertular penyakit tersebut karena paparan yang lebih besar terhadap bakteri penyebab kusta.
- Migrasi.
Wanita yang berpindah tempat tinggal atau berasal dari daerah dengan tingkat infeksi kusta yang tinggi juga dapat memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini.
- Diskriminasi Gender.
Diskriminasi gender dan stigmatisasi terhadap wanita yang menderita kusta dapat menghambat akses mereka terhadap perawatan medis dan dukungan sosial.
Penting untuk diingat bahwa kusta adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan asal dilakukan dengan perawatan yang tepat. Perawatan dini sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen yang disebabkan oleh kusta. Organisasi kesehatan global bekerja keras untuk mengedukasi masyarakat dan memberikan perawatan yang diperlukan kepada semua individu yang terinfeksi kusta, termasuk wanita. Selain itu, upaya untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta juga sangat penting untuk memastikan bahwa semua orang mendapatkan akses yang sama terhadap perawatan dan dukungan.
Stigma terhadap wanita yang mengidap kusta adalah masalah serius yang telah ada selama bertahun-tahun. Stigma sosial ini dapat sangat merugikan bagi wanita yang terkena kusta, baik dalam hal kesejahteraan psikologis maupun integrasi sosial. Berikut adalah beberapa contoh stigma yang sering dihadirkan, diantaranya:
- Isolasi Sosial.
Stigma sosial dapat menyebabkan perempuan agar merasa terlindungi dari masyarakat mereka. Mereka mungkin dihindari oleh teman, keluarga, dan bahkan anggota masyarakat yang lebih luas. Isolasi sosial ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan depresi.
- Diskriminasi.
Wanita yang terkena kusta dapat mengalami diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan perumahan. Diskriminasi ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk hidup mandiri dan meraih apa yang mereka impikan.
- Stigma Kecantikan.
Kusta seringkali mempengaruhi penampilan fisik, dan ini dapat menyebabkan wanita yang terkena kusta menjadi tidak percaya diri.
- Keterbatasan Akses ke Perawatan Medis dan Sosial.
Stigma dapat membuat wanita dengan kesulitan kusta dalam mengakses perawatan medis dan sosial yang mereka butuhkan. Mereka mungkin ragu untuk mencari bantuan atau menerima dukungan karena takut dicap sebagai penderita penyakit menular.
- Keterbatasan Peluang Pendidikan dan Pekerjaan
Stigma dapat menghambat peluang pendidikan dan pekerjaan wanita dengan kusta. Mereka mungkin dihindari atau dipecat dari pekerjaan, atau anak-anak mereka mungkin diusir dari sekolah.
Wanita yang terkena kusta membutuhkan perawatan medis yang tepat dan dukungan sosial untuk mengatasi penyakit ini. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat membantu wanita yang terkena kusta.
- Perawatan dini.
Penting untuk mendeteksi dan mendiagnosis kondisi sejak dini agar perawatan dapat dimulai secepat mungkin. Perawatan dini dapat mencegah kerusakan permanen.
- Perawatan Multi-Dosis.
Kusta biasanya diobati dengan kombinasi antibiotik dalam beberapa dosis. Penting untuk mengikuti rencana perawatan yang dianjurkan oleh tenaga medis dan mengonsumsi obat sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
- Dukungan Psikososial
Yakni Mendukung Mental dan Emosional: Kusta dapat menyebabkan stigmatisasi dan isolasi sosial. Penting untuk memberikan dukungan mental dan emosional kepada wanita yang terkena kusta agar mereka merasa didengar dan diterima.
Kelompok Dukungan: menghubungkan wanita yang terkena kusta dengan kelompok dukungan atau organisasi non-pemerintah yang fokus pada penyakit ini dapat membantu mereka berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.
Pendidikan dan Kesadaran:
Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kusta, cara penularannya, dan bahwa penyakit ini dapat diobati adalah langkah penting dalam mengurangi stigma.
Pendidikan Seksual.
Dalam beberapa kasus, kusta dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Oleh karena itu, pendidikan seksual dan perencanaan keluarga juga bisa menjadi bagian dari perawatan yang diberikan kepada wanita yang terkena kusta.
Keamanan Sosial dan Ekonomi:
Bantuan Ekonomi: Wanita yang terkena kusta mungkin mengalami kesulitan ekonomi karena penyakit ini. Memberikan akses kepada mereka untuk bantuan ekonomi atau pelatihan keterampilan yang dapat membantu mereka mencari penghidupan adalah penting.
Pencegahan Penyebaran
Menyebarkan Informasi: Edukasi masyarakat tentang cara penyebaran kusta dan cara melindungi diri dari infeksi dapat membantu mencegah penyebaran penyakit ini.
Penting untuk bekerja sama dengan lembaga kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal untuk memberikan perawatan dan dukungan yang holistik kepada wanita yang terkena kusta. Langkah-langkah ini dapat membantu wanita tersebut untuk hidup sehat dan produktif, serta mengatasi stigma yang sering terkait dengan penyakit ini.
Yayasan PerMata Indonesia
PerMata merupakan singkatan dari Perhimpunan Mandiri Kusta, yakni sebuah organisasi dari dan untuk orang yang pernah mengalami kusta. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2007 lalu yang tidak hanya ada di Sulawesi Selatan saja akan tetapi juga ada di Jawa Timur, NTT serta beberapa cabang di bagian Sumatera dan Ambon. Permata Indonesia terdiri dari tiga tingkatan, yakni tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten.
Yuliati selaku ketua PerMaTa SulSel & OYPMK Perempuan memaparkan jika untuk daerah sulawesi selatan sendiri OYPMK kondisinya saat ini lebih baik dari kondisi sebelumnya, akan tetapi untuk di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau masih banyak orang yang mengalami disabilitas karena keterlambatan pengobatan akibat masih adanya stigma di masyarakat setempat.
Untuk info lebih lanjut mengenai PerMaTa, kalian bisa cek di webnya langsung di https://www.permatasulsel.com
cegah kusta dan lebih aware kepada para penderita kusta, dengan perbanyak pengetahuan tentang penyakit kusta. Yuk kita saling support
BalasHapussosialisasi kista ini memang harus digalakkan ya.. soalnya banyak orang yang ga ngerti
BalasHapusAmaze dengan apa yang digerakkan oleh Permata Indonesia yang menyasar pada pemberdayaan bagi para OYPMK wanita. Sebab memang penyakit morbus hansen ini bisa menimbulkan kecacatan sementara urusan kecantikan sering menjadi momok tersendiri bagi kepercayaan diri kaum perempuan dalam menjalani keseharia.. Semoga Permata terus mampu memeluk dan menguatkan para OYPMK wanita lainnya.
BalasHapusPerlu waktu ya menghilangkan stereotif penyakit kusta dari masyarakat. Semoga dengan banyak informasi spt ini banyak masyarakat tahu bahwa penyakit kusta bisa sembih dan bukan penyakit kutukan
BalasHapuspenyakit kusta memang masih dianggap masih tabu ya di masyarakat malah banyak penderita yang dikucilkan. Semoga penyakit kusta di Indonesia bisa ditekan jumlahnya
BalasHapusPenyakit kusta memang banyak menimbulkan stigma masyarakat pastinya sebagian orang berpikirnya takut ketularan dll padahal bisa disembuhkan dan dihindari makanya pentingnya ada penyuluhan tentang penyakot kusta. smoga kita semua selalu sehat ya
BalasHapusEdukasi yang terus dilakukan oleh berbagai pihak agar penderita penyakit kusta atau mantan penderita penyakit kusta atau OYPMK tetap bisa berkarya dan bangkit untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
BalasHapusSerem banget kusta ini. Jangan sampe kena deh kita. Kalo kena bisa cacat kan. Gak hanya wanita yang menderita, laki-laki juga menderita kalo kena kusta.
BalasHapusStigma yang dihadirkan paling sering berasal dari diskriminasi karena kusta masih dianggap penyakit kutukan
BalasHapusSekarang sudah banyak yang sounding tentang kusta ya, jadi Alhamdullilah sudah tidak dikucilkan lagi seperti dulu karena takut nular
BalasHapus