"Lanjut kuliah gak ya? Tapi, apa pendapat tetangga kalau aku kuliah lagi? Mana anak masih kecil."
Pernah gak sih kamu di posisi FOPO? Keinginan tertahan karena terlalu sibuk memikirkan pendapat orang lain. Seperti misalnya, kamu ingin sekali melanjutkan pendidikan, tapi ada yang menentang, bilang percuma lanjutin pendidikan toh ujung-ujungnya bakalan ke kasur, sumur dan dapur, hanya akan buang-buang uang dan waktu aja. Atau hal-hal lainnya yang akhirnya membuatmu memendam keinginan yang menurutmu itu bagus untuk masa depanmu, hanya karena memikirkan pendapat orang lain. Jika iya, maka STOP FOPO dari sekarang.
Membahas tentang FOPO, Saya jadi teringat dengan kalimat nasehat yang selalu ibu katakan, "Manis jangan langsung ditelan, karena manis acap kali mengandung racun. Pahit jangan langsung dibuang, karena pahit acap kali mengandung obat". Ibarat apa yang disampaikan orang ke kita, jangan langsung diterima atau dibantah mentah-mentah, ada baiknya pertimbangkan. Jika menurut kita baik untuk diri kita, apa salahnya kita pertahankan apa yang menjadi keinginan tersebut dan kita pun harus berlapang hati menerima konsekuensi dari keputusan yang diambil tersebut. Dan, selalu sertakan Allah di setiap mengambil keputusan.
Apa Itu FOPO?
Fear of Other People's Opinions (FOPO) merupakan istilah yang menggambarkan ketakutan atau rasa khawatir yang berlebihan terhadap pendapat orang lain tentang diri sendiri. Hal ini juga dapat dikenal sebagai kecemasan sosial atau perhatian berlebihan terhadap penilaian orang lain. FOPO dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam berbagai situasi sosial dan dapat menghambat kebebasan ekspresi, pengambilan keputusan, atau partisipasi dalam kegiatan tertentu.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya "Fear of Other People's Opinions" (FOPO). Kondisi ini sering kali kompleks dan dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, diantaranya:
- Pengalaman Traumatik atau Kritis.
Pengalaman traumatis, seperti pelecehan verbal atau fisik, atau pengalaman kritis di masa lalu, dapat meninggalkan dampak yang mendalam dan menciptakan ketakutan akan penilaian orang lain.
- Pendidikan atau Lingkungan Keluarga.
Pola didik dan lingkungan keluarga dapat memainkan peran penting. Pendidikan yang kritis atau tekanan untuk memenuhi ekspektasi tinggi dapat menciptakan kecemasan terhadap penilaian orang lain.
- Perbandingan Sosial.
Budaya perbandingan sosial, terutama melalui media sosial, dapat memperkuat FOPO. Paparan terus-menerus terhadap hidup orang lain seringkali dapat memicu perasaan tidak memadai atau perlu memenuhi standar tertentu.
- Pengalaman Perundungan atau Pelecehan.
Orang yang pernah mengalami perundungan atau pelecehan mungkin mengembangkan FOPO sebagai respons perlindungan terhadap pengalaman negatif tersebut.
- Kurangnya Kepercayaan Diri.
Kurangnya kepercayaan diri atau rendahnya harga diri dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap FOPO. Ketidakpastian terkait kemampuan atau nilai diri bisa meningkatkan kekhawatiran tentang penilaian orang lain.
- Kegagalan dalam Menangani Kritik.
Pengalaman negatif dalam menangani kritik atau kegagalan dapat meninggalkan jejak emosional, memicu kekpenghindaranhawatiran akan penilaian dan situasi yang melibatkan risiko kritik.
- Sosialisasi yang Sulit.
Orang yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial atau memiliki keterbatasan keterampilan sosial mungkin lebih cenderung mengembangkan FOPO karena kekhawatiran tentang penilaian dari orang lain.
- Perasaan Inferioritas.
Perasaan inferior atau merasa kurang berharga dibandingkan dengan orang lain dapat memicu FOPO. Ketidakmampuan untuk merasa setara dapat menciptakan ketakutan akan penilaian negatif.
- Tuntutan Budaya atau Sosial.
Budaya atau norma sosial tertentu yang menekankan pada penampilan, status sosial, atau kesuksesan material dapat meningkatkan tekanan untuk memenuhi ekspektasi, memicu FOPO.
- Ketakutan Akan Penolakan.
Beberapa orang memiliki ketakutan mendalam akan penolakan atau tidak diterima oleh kelompok sosial tertentu, yang dapat mengarah pada FOPO.
Penting untuk diingat bahwa FOPO dapat bersifat individual dan mungkin dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman pribadi. Mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dapat membantu dalam mengatasi FOPO melalui pendekatan yang sesuai dan mendalam. Jika FOPO sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
Cara Bijak Menyikapi FOPO Agar Tidak Terjebak
Mengatasi "Fear of Other People's Opinions" (FOPO) tidak hanya memerlukan waktu, namun juga memerlukan kesadaran diri serta usaha yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa kiat yang mungkin membantu:
- Kenali dan Terima Diri Sendiri.
Refleksikan nilai-nilai, kelebihan, dan kekurangan diri sendiri. Terima diri dengan sepenuh hati, termasuk kekurangan yang mungkin menjadi sumber FOPO.
- Fokus pada Yang Dapat Dikendalikan.
Identifikasi apa yang dapat Anda kendalikan dalam hidup Anda, seperti perilaku, respons, dan tindakan. Fokus pada aspek-aspek ini daripada berlebihan memikirkan pendapat orang lain.
- Buat Batasan Sehat.
Tetapkan batasan yang sehat terhadap pendapat orang lain. Ingatlah bahwa tidak mungkin menyenangkan semua orang, dan itu adalah hal yang wajar.
- Tetapkan Prioritas Nilai.
Tentukan nilai-nilai dan prinsip yang penting bagi Anda. Bertindak sesuai dengan nilai-nilai ini akan membantu Anda memandu hidup Anda tanpa terlalu dipengaruhi oleh FOPO.
- Asah Keterampilan Sosial.
Pelajari dan kembangkan keterampilan sosial. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dapat membantu membangun kepercayaan diri dan mengurangi kekhawatiran terhadap penilaian orang lain.
- Latihan Penerimaan Terhadap Kritik.
Lihat kritik sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar daripada sebagai ancaman. Terima kritik dengan terbuka dan pertimbangkan apakah ada hal yang dapat Anda pelajari darinya.
- Cari Dukungan Emosional.
Temukan orang-orang yang dapat memberikan dukungan dan pemahaman. Berbicara dengan teman, keluarga, atau konselor dapat membantu mengurangi rasa isolasi dan kekhawatiran terhadap penilaian.
- Praktekkan Mindfulness.
Pelajari praktek mindfulness atau meditasi. Ini dapat membantumu tetap hadir dalam momen ini dan mengurangi kecemasan terkait FOPO.
- Ciptakan Ruang Pribadi.
Sediakan waktu untuk diri sendiri dan ciptakan ruang pribadi di mana Anda dapat merenung, merencanakan, atau sekadar bersantai tanpa tekanan penilaian eksternal.
Ingatlah bahwa mengatasi FOPO adalah perjalanan yang unik bagi setiap individu. Bekerjasama dengan profesional kesehatan mental atau konselor juga dapat memberikan dukungan yang berharga dalam mengatasi FOPO. Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar yang dapat membangun tulisan saya.
Mohon maaf, komen yang mengandung link hidup tidak saya publish ya :)